19
HUKUM KORBAN KESELAMATAN
“Darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.”
ALLAH (Imamat 17:11)

Sejarah keluarga pertama dicatat dalam Kitab Kejadian pasal empat. Disinilah kita pertama kali belajar bahwa ketika Adam dan Hawa dikeluarkan dari Taman Eden yang damai, seluruh umat manusia dikeluarkan juga. Keturunan mereka akan dilahirkan dan hidup dalam dunia terkutuk di bawah pengaruh musuh.

PENDOSA PERTAMA

“Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: ‘Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.’” (Kejadian 4:1)

Kain berarti mendapatkan. Di tengah-tengah kesakitan dan keajaiban kelahiran anak pertama, Hawa berkata, “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN!” Mungkin dia berpikir bahwa Kain adalah Sang Pembebas yang dijanjikan Allah untuk menyelamatkan mereka dari akibat dosa yang mematikan.

Hawa benar mempercayai Juru Selamat yang dijanjikan akan datang “dengan pertolongan TUHAN.” Dia juga benar mempercayai Mesias akan dilahirkan dari perempuan tapi jika dia berpikir bahwa keturunan suaminya adalah Sang Penebus yang dijanjikan, dia salah.

Kesalahpahaman seperti itu akan dijelaskan dengan cepat.

Adam dan Hawa kemudian mengetahui bahwa putra mereka yang pertama sudah memiliki dosa alami bawaan. Kain berdosa secara alami. Dia sombong dan mempunyai kehendak sendiri - seperti orang tuanya dan seperti Satan. Kain bukanlah Sang Penebus yang dijanjikan. Dia hanyalah pendosa tak berdaya lain yang memerlukan penebusan.

Ketika lahir anak Adam dan Hawa yang kedua, mereka mempunyai pandangan yang lebih realistis tentang keadaan manusia.

“Selanjutnya dilahirkannyalah Habel (Kejadian 4:2).

Adam dan Hawa menamai anak kedua mereka Habel, yang berarti kekosongan atau bukan apa-apa. Mereka tidak mungkin menghasilkan anak yang benar. Juru Selamat pendosa yang dijanjikan tidak mungkin berasal dari garis keturunan Adam yang berdosa. Adam dan Hawa hanya dapat menciptakan pendosa lain seperti mereka. Jika diperlukan Manusia yang benar untuk menyelamatkan mereka dari hukum dosa, Dia harus datang dari TUHAN.

Seperti yang sudah kita pelajari dari Kitab Kejadian pasal satu, manusia pertama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dalam hak istimewa mengagumkan ini terdapat tanggung jawab yang serius dalam membuat pilihan yang benar. Kehendak Allah bagi Adam dan

Hawa serta keturunannya adalah bahwa mereka menggambarkan sifat alami Pencipta mereka yang suci dan penuh kasih. Tapi ketika Adam dan Hawa memilih untuk melanggar Pencipta dan Pemilik mereka, mereka berhenti menggambarkan rupa-Nya. Dengan seketika mereka jatuh dari mahluk yang berpusat kepada Allah menjadi mahluk yang berpusat pada diri sendiri. Dan mereka melahirkan anak-anak yang seperti mereka sendiri.

“Adam ... memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan ... menurut rupa dan gambarnya .” (Kejadian 5:3-4)

Seperti pepatah Wolof: “Rusa yang berlari tidak melahirkan keturunan yang menggali lubang.” Orang tua yang berdosa tidak melahirkan keturunan yang benar. Kitab Suci menyatakan:

“Sama seperti dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12)

PERSEMBAHAN PENDOSA

Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani. Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya.” (Kejadian 4:2-4)

Kain menjadi seorang petani dan Habel menjadi seorang gembala. Walaupun pengaruh dosa ada di sekitar mereka dan di dalam mereka, mereka tetap dikelilingi ciptaan Allah yang mulia dan ditopang oleh kasih-Nya. Walaupun Kain dan Habel adalah pendosa, Allah mengasihi mereka dan ingin mereka mengenal-Nya dan datang kepada-Nya untuk menyembah. Tapi untuk melakukannya mereka memerlukan pemecahan bagi masalah dosa mereka. Allah itu suci dan “barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”(Yohanes 4:24)

Sudah jelas anak-anak ini diajar dengan baik oleh orang tua mereka yang pernah mengalami hubungan yang dekat dengan Pencipta mereka. Kain dan Habel mengerti bahwa dosa merupakan lawan Allah. Seperti orang tuanya, mereka juga ditutup dari hadirat Allah. Jika mereka ingin mempunyai hubungan dengan-Nya, maka harus sesuai dengan peraturan-Nya.

Kabar baiknya adalah Allah telah membuka cara supaya Kain dan Habel bisa menutup dosa mereka jika mereka percaya kepada-Nya dan mendekati-Nya melalui cara yang telah ditetapkan-Nya.

Mari kita dengar lagi ceritanya:

“Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya, maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.” (Kejadian 4:3-5)

Seperti cerita lain yang diceritakan dengan baik, tidak semua rincian diberikan langsung. Ceritanya hanya mengatakan apa yang dilakukan Kain dan Habel. Mengapa mereka melakukannya, apa yang mereka lakukan dijelaskan di bagian lain dalam Kitab Suci. Keduanya ingin menyembah satu Allah yang benar. Masing-masing “mempersembahkan persembahan ... kepada TUHAN.”

Kain memberikan buah-buahan dan sayur-sayuran pilihan yang telah dikerjakannya dengan rajin.

Habel membawa seekor domba, tak bersalah dan tanpa cacat, membunuhnya dan membakar tubuhnya di atas altar sederhana yang terbuat dari batu atau tanah. 1

Persembahan Habel yang penuh darah terlihat jahat dan mengerikan, sedangkan persembahan Kain terlihat indah dan menarik. Tapi Kitab Suci berkata:

“Maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” (Kejadian 4:4-5)

Mengapa Allah menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain?

Habel percaya pada rencana Allah.

Kain tidak.

IMAN HABEL DAN DOMBA

Kitab Suci mengatakan bahwa Habel datang kepada Allah “dengan iman,” menandakan bahwa Allah telah menunjukkan kepada Kain dan Habel apa persyaratan-Nya.

Karena iman Habel [yang percaya pada rencana Allah] telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain [yang tidak percaya pada rencana Allah], dengan jalan itu ia [Habel] memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar ... Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 11:4,6)

Iman yang menyenangkan Allah adalah iman yang percaya dan tunduk pada rencana-Nya.

Ketika Adam dan Hawa pertama kali berdosa, Allah menolak usaha mereka sendiri untuk memperbaiki masalah dosa mereka. Sebaliknya, Allah mengadakan pengorbanan hewan pertama dan menyediakan penutup bagi Adam dan Hawa untuk menutupi dosa dan rasa malu mereka. Dengan membunuh hewan tak bersalah, Allah mengajar mereka bahwa “upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal .…” (Roma 6:23)

Di kemudian hari Kain dan Habel diajar pelajaran yang sama tapi hanya satu orang yang percaya.

Habel menghampiri Allah dengan iman, dengan rendah hati, dan dengan patuh mempersembahkan domba sehat kelahiran pertama kepada TUHAN.

Bayangkan Habel meletakkan tangannya di atas kepala domba dan dalam diam berterima kasih kepada TUHAN bahwa walaupun dia, Habel, layak mendapatkan hukuman mati, Allah telah menerima darah domba sebagai pembayaran sementara atas dosa. Kemudian Habel mengambil pisau dan memotong leher binatang yang lemah itu dan melihat darah tercurah.

Dengan membunuh domba, Habel menunjukkan rasa hormat pada sifat alami Allah yang suci dan pada hukum dosa dan hukum maut. Karena Habel percaya pada rencana Allah maka Allah mengampuni Habel atas dosa-dosanya dan menyatakan dia bersih. Habel dibebaskan dari hukum dosa karena hukuman itu telah jatuh pada domba itu. Pengorbanan Habel menjadi simbol dan petunjuk Pengorbanan sempurna yang dijanjikan Allah untuk menghapuskan dosa dunia.

Karena itulah “Allah mengindahkan Habel dan korban persembahannya.”

PERBUATAN DAN AGAMA KAIN

Kemudian adalah Kain. Dia adalah orang muda yang beragama! Dia telah mempersiapkan serangkaian buah-buahan dan sayuran yang telah dihasilkannya dengan kerja keras bagi Tuhan. Tapi Allah menolak Kain dan persembahannya.

Kesalahan Kain bukanlah karena dia menyembah allah yang salah tapi menyembah satu Allah yang benar dengan cara yang salah.

Kain tidak mendatangi Sang Pencipta dengan iman tapi dengan ide dan usahanya sendiri. Allah tidak menerima penutup dari daun ara yang dirancang sendiri oleh orang tuanya, Allah juga tidak menerima persembahan sayuran yang dibayangkan sendiri oleh Kain.

Beberapa orang menentang, “Tapi Kain memberikan apa yang dimilikinya!”

Allah tidak menginginkan apa yang Kain punya. Dia ingin Kain percaya dan menyembah Dia berdasarkan cara pembayaran dengan kematian - darah domba. Jika Kain tidak mempunyai domba, dia seharusnya menukar sejumlah sayuran dengan domba Habel atau dia bisa dengan rendah hati mendatangi TUHAN melalui altar Habel dimana darah domba telah dicurahkan. Tapi Kain terlalu sombong untuk melakukannya. Dia memilih “menyembah” Allah dengan hasil karya tangannya.

Itulah mengapa “Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.”

HUTANG DOSA

Mengapa cara TUHAN begitu mutlak? Mengapa Dia menerima penyembelihan domba Habel tapi tidak menerima sayuran segar Kain?

Allah menolak persembahan Kain karena alasan yang sederhana yaitu karena hukuman dosa adalah maut, bukan usaha diri sendiri. Hukum dosa dan hukum maut yang telah Allah beri tahukan kepada Adam sejak pertama, belum berubah. Semua yang melanggar hukum Allah mempunyai hutang yang hanya bisa dibayar dengan KEMATIAN. Hakim Adil alam raya ini tidak mengijinkan pelanggaran atas hukum-Nya dibayar dengan cara lain.

Tidak ada kebaikan, usaha diri sendiri, atau perbuatan baik yang dapat menghapuskan hutang dosa.

Sebagai gambaran, bayangkan sebuah bank besar meminjamkan saya beberapa juta dolar. Saya tidak menginvestasikannya dengan cara yang bijaksana tapi saya menghabiskannya dan tidak bisa membayar pinjamannya. Polisi datang dan menangkap saya. Di pengadilan saya memberi tahu hakim, “Seumur hidup saya tidak akan bisa mengembalikan uang jutaan dolar yang saya pinjam tapi saya mempunyai rencana untuk menghapuskan hutang saya. Inilah yang akan saya lakukan: saya akan membayarnya dengan perbuatan baik, bukan dengan uang! Setiap hari saya akan membawakan semangkuk nasi bagi kepala bank. Sehari dalam seminggu saya tidak akan makan dan memberikan makanan itu kepada orang miskin. Saya juga akan melakukan upacara pembasuhan beberapa kali dalam sehari untuk menghapuskan rasa malu atas hutang saya. Ini yang akan saya lakukan sampai hutang saya lunas.”

Apakah hakim akan menerima pengaturan pembayaran hutang yang tidak masuk akal itu? Tidak akan pernah! Hakim tertinggi di dunia juga tidak akan menerima doa, puasa, dan perbuatan baik sebagai bayaran atas hutang dosa. Hanya ada satu cara untuk membayar hutang dosa. Harus dibayar dengan KEMATIAN - perpisahan kekal dari Allah.

Apakah ada cara bagi pendosa tak berdaya untuk dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut yang tidak bisa dibengkokkan ini?

Syukur kepada Allah. Ada.

HUKUM KORBAN KESELAMATAN

Saya tidak suka main kartu tapi saya tahu tentang kartu truf yang mengalahkan kartu lain. Berdasarkan nilai kartu yang ditentukan, nilai kartu truf yang lebih tinggi menang atas kartu lain yang bernilai lebih rendah.

Kitab Daniel dan Esther dalam Perjanjian Lama menceritakan tentang raja-raja kuno membuat hukum yang “tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali.” (Daniel 6:8) Jika seorang raja ingin mengatasi suatu hukum, dia tidak menghapus hukum itu tapi dia menciptakan hukum yang lebih kuat untuk menjadi “kartu truf” yang mengalahkan hukum yang sebelumnya. 2

Sejak semula cara Allah yang benar untuk mengalahkan “hukum dosa dan hukum maut” adalah dengan mengeluarkan hukum yang lebih kuat, namanyaHukum korban penghapus dosa(Imamat 6:25) atau disebut juga Hukum korban keselamatan.(Imamat 7:11)

Allah, yang menjunjung tinggi hukum-hukum-Nya, telah menciptakan hukum korban keselamatan untuk menjadi kartu truf yang dapat mengalahkan hukum dosa dan hukum maut yang secara resmi masih mengikat.

Hukum korban keselamatan memberikan kasih setia kepada pendosa yang bersalah dan di saat yang sama tetap melaksanakan keadilan atas dosa. (Untuk mengingat kembali mengapa Allah harus mempertahankan keseimbangan kasih setia dan keadilan, lihat bab tiga belas). Hukum korban persembahan memberikan cara kepada Allah untuk menghukum dosa tanpa menghukum pendosanya. Inilah penjelasan Allah mengapa hal itu bisa terjadi:

“Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa” (Imamat 17:11).

Hukum ini mempunyai dua prinsip dasar:

1. DARAH MENYEDIAKAN KEHIDUPAN — Allah berkata: “Karena nyawa makhluk ada di dalam darah.” Ilmu modern memastikan apa yang telah dinyatakan Kitab Suci beribu-ribu tahun yang lalu: nyawa mahluk ada dalam darahnya. Darah yang sehat mengirimkan elemen-elemen yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan menghapus kotoran. Darah itu berharga, tanpa darah manusia dan hewan akan mati.

2. DOSA MEMBUTUHKAN KEMATIAN — Allah juga berkata: “Darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.” Kata pendamaian berasal dari bahasa Ibrani kaphar yang berarti “menutupi, membatalkan, menghapus, memaafkan, dan menerima.” 3 Hanya melalui curahan darahlah pendosa bisa dihapuskan dan diterima oleh Sang Pencipta yang adil. Karena hukuman dosa adalah kematian, Allah sedang menyatakan bahwa Dia akan menerima darah (kehilangan hidup) korban yang pantas sebagai pembayaran dan penutup dosa manusia.

PENGGANTI

Prinsip mendasar dari hukum korban keselamatan dapat disingkat dalam kata: pengganti. Seekor hewan tak bersalah akan mati sebagai pengganti untuk pendosa yang terkutuk.

Pada generasi sebelum kedatangan Mesias, TUHAN memberi tahu keturunan Adam bahwa untuk sementara Dia akan menerima curahan darah hewan tertentu, seperti anak domba, domba, kambing, atau kerbau. Bahkan burung dara dan merpati bisa dipersembahkan. 4 Baik orang kaya atau miskin, orang baik atau jahat, semuanya harus menghadap Allah dan mengakui dosa mereka serta percaya bahwa Allah akan memberi mereka pengampunan berdasarkan pertumpahan darah.

Mahluk ciptaan yang terkutuk harus “tanpa cela”. 5 Tidak boleh ada penyakit, tulang yang patah, luka, atau goresan. Itu sebagai simbol kesempurnaan. Pendosa yang memberikan persembahan “meletakkan tangannya di atas kepala [hewan] dan menyembelihnya ... Itulah korban penghapus dosa.” Kemudian lemak hewan harus dibakar di altar.

Dan apa kata Allah tentang apa yang dapat dicapai dari korban persembahan itu?

“[Bagi dosa] ... ia menerima pengampunan. (Imamat 4:23-26).

Peletakkan tangan ke atas kepala hewan korban menjadi simbol pemindahan dosa pada hewan tak bercela. Kemudian, pembawa dosa [hewan korban] mati menggantikan pendosa.

Berdasarkan prinsip dasar penggantian ini, dosa dihukum dan pendosa diampuni. Hukuman mati atas dosa dijatuhkan pada hewan tak bersalah yang “sempurna” bukan pada orang yang bersalah.

Hukum korban penghapus dosa mengajarkan pendosa bahwa Allah itu suci dan bahwa “tanpa penumpahan darah [bayaran kematian] tidak ada pengampunan [penghapusan hukum dosa]. (Ibrani 9:22)

Melalui korban hewan Allah melaksanakan keadilan atas dosa dan menunjukkan kasih setia-Nya kepada pendosa yang percaya kepada-Nya. Allah menjanjikan berkat bagi semua yang datang kepada-Nya melalui cara ini. Di hari yang sama ketika Allah memberikan Sepuluh Perintah dahulu kala, Allah memberi tahu mereka bahwa satu-satunya cara agar mereka bisa diterima oleh-Nya adalah melalui korban darah yang dipersembahkan di atas altar.

“Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau.” (Keluaran 20:24)

Tujuan utama dari persyaratan darah untuk dosa ini menunjukkan kemarahan Allah yang adil atas dosa dan hal ini dilakukan sampai kedatangan Juru Selamat yang dijanjikan.

Tujuan Mesias adalah menggenapi arti yang sebenarnya dari hukum korban keselamatan.

Menurut pendapat Allah, kehidupan seorang manusia lebih berharga dari semua binatang yang ada di dunia. Binatang tidak diciptakan menurut rupa Allah. Binatang tidak mempunyai jiwa yang kekal. Karena itu darah binatang hanya sebagai simbol dari apa yang diperlukan untuk membayar hutang dosa manusia.

Anak domba korban Habel hanya cerita pertama yang dicatat dari sekian banyak cerita dalam Perjanjian Lama dimana kita bisa melihat orang-orang yang percaya kepada Allah datang dan menyembah-Nya dengan curahan darah hewan tak berdosa dan tanpa cela. Dari sekian banyak cerita tentang pengorbanan hewan, ada satu yang melebihi cerita lainnya.

Inilah yang diingat oleh umat Muslim di seluruh dunia setiap tahunnya.


1. Bagaimana Habel mengetahui cara melakukannya? Allah yang memberitahunya. Ibrani 11:4 memberi tahu kita bahwa dia melakukan korban “dengan iman” – iman yang telah Allah perintahkan dan janjikan. Setelah itu Kitab Suci menyediakan hukum Allah yang terperinci dalam bentuk tulisan tentang korban pengganti yang sudah Habel lakukan dengan patuh jauh sebelumnya. Kejadian 4:4 menyatakan bahwa Habel mengambil anak domba “dari antara kawanan” (lihat Imamat 5:6 MILT) “yang lahir terdahulu” (Bandingkan Keluaran 13:12-13) dan memberikan “segala lemak” (lihat Imamat 3:16). Tidak disebutkan bahwa Habel mempersembahkan anak dombanya di atas altar tapi sepertinya itulah yang dilakukan Habel dan yang dilakukan oleh orang percaya lain yang mengikuti caranya. Kejadian 8:20; 12:7; 13:4,18; 22:8-9; Keluaran 20:24-26; Imamat 17:11; dan lain-lain.

2. Daniel 6; Ester 3:8-15; 8:7-17

3. Strong, James. The Exhaustive Concordance of the Bible. NY: Abingdon-Cokesbury Press, 1948, hal. 57. Bandingkan Kejadian 6:14 (“tutup”) dengan Imamat 5:18 (“pendamaian”). Kata Ibrani Kâphar (pendamaian) digunakan dalam ayat-ayat ini.

4. Imamat 5:7

5. Lebih dari 50 kali Kitab Suci menyatakan bahwa korban harus “tidak bernoda.” Contoh, “Jikalau persembahannya untuk korban bakaran adalah dari kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela(Imamat 1:10).