6
SAKSI YANG KONSISTEN
“Jika kamu ingin tahu
seperti apakah air itu
jangan bertanya pada ikan.”

— Pepatah Cina

Bayangkan ini.

Pada suatu hari yang panas ketika kamu sedang berjalan di sepanjang sungai, kamu berpikir untuk berenang. Tapi, kamu bertanya-tanya apakah keadaan airnya sesuai dengan harapanmu. Apakah alirannya terlalu cepat? Apakah suhunya terlalu dingin? Apakah keadaannya tepat?

Pepatah Cina mengatakan, “Jangan bertanya kepada ikan.”

Mengapa ikan yang jelas-jelas hidup dalam sungai tidak pantas memberitahumu “seperti apakah airnya” (selain karena mereka tidak bisa berbicara bahasa manusia!)? Ikan tidak bisa memberikan informasi karena mereka tidak mempunyai titik acuan diluar keberadaan mereka dalam air. Hanya dunia yang gelap itulah yang mereka tahu.

Sama halnya jika kita ingin mengenal dunia tempat kita tinggal dan alasan mengapa kita ada didalamnya, informasi seperti itu harus datang dari luar sudut pandang dunia yang terbatas dan hanya berfokus pada dunia.

Kabar baiknya adalah Allah Surgawi sudah menyediakan informasinya bagi mereka yang menginginkannya.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. “(2 Timotius 3:16)

Bagaimana kita tahu bahwa Ayat-ayat Kitab Suci “diilhamkan Allah,” atau diwahyukan Allah? Dalam bab sebelumnya kita membahas tentang Sang Pencipta yang telah mengesahkan Kitab Suci dengan memberikan tanda tangan-Nya dalam ratusan nubuat yang telah digenapi.

Hanya Allah yang dapat berulang kali bernubuat jauh ke depan dengan keakuratan 100%.

Cara lain yang Allah gunakan untuk membuat wahyu-Nya dapat dipercaya adalah dengan menyatakannya kepada banyak nabi selama berabad-abad.

SATU SAKSI TIDAKLAH CUKUP

Allah berkata kepada Musa, Satu orang saksi saja tidak dapat mengggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan.”(Ulangan 19:15)

Prinsip ini dikenal di seluruh dunia. Dalam pengadilan hukum diperlukan lebih dari satu saksi untuk mengungkap kebenaran. Sebelum sebuah pernyataan diterima sebagai bukti, pernyataan tersebut harus dibuktikan oleh beberapa sumber terpercaya.

Dalam mengungkap kebenaran-Nya, Allah tidak mengenyampingkan hukum-Nya sendiri yang menyatakan: “Satu orang saksi saja tidak dapat.” Kitab Suci menyatakan bahwa “Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan ...” (Kisah Para Rasul 14:15-17)

Suku yang paling terpencil di bumi ini juga mempunyai kesaksian nyata dari karya tangan Allah dalam penciptaan (melihat hal-hal yang telah diciptakan Penciptanya) dan kesaksian batiniah dari hati nurani kita (kesadaran bawaan akan benar, salah, dan kekekalan). Setiap orang di bumi ini telah diberikan sedikit cahaya - sedikit kebenaran. Karena itu, Allah mengatakan umat manusia “tidak mempunyai alasan.” 1 Tapi Dia menjanjikan cahaya yang lebih jelas bagi mereka yang dengan rajin mencari dan ingin mengenal Sang Pencipta.

KESAKSIAN TERUS MENERUS

Allah tidak pernah membiarkan-Nya tanpa saksi.

Selama seribu tahun pertama dalam sejarah manusia, Allah berbicara langsung kepada manusia atau Dia membuat kebenaran-Nya diketahui melalui kesaksian lisan kepada manusia-manusia pertama.

Adam, manusia pertama, hidup sampai 930 tahun. Manusia yang hidup pada seribu tahun pertama dalam sejarah manusia tidak mempunyai alasan untuk tidak mengetahui kebenaran karena mereka memiliki kesempatan bertanya kepada para saksi asli, Adam dan Hawa. 2 Umur manusia-manusia pertama sekitar sebelas kali lebih lama dari pada usia manusia jaman sekarang, yang kemudian diatur ulang oleh Sang Pencipta “tujuh puluh dan jika kami kuat, delapan puluh tahun.” (Mazmur 90:10)

Sekitar tahun 1920 SM Allah memilih seorang manusia dewasa yang Dia beri nama Abraham. Allah berjanji membuat Abraham menjadi sebuah bangsa dan melalui bangsa itu Allah akan mengajarkan pelajaran yang penting tentang diri-Nya dan rencana-Nya bagi umat manusia. Melalui bangsa terpilih itu pulalah Allah akan menyediakan nabi-nabi dan Kitab Suci, dan mengutus Mesias ke dalam dunia. Sekitar tahun 1490 SM Allah memilih seorang manusia dari bangsa itu untuk menjadi juru bicara-Nya. Namanya Musa.

KESAKSIAN TERTULIS

Allah memberikan wahyu kepada Musa untuk menulis bagian pertama dari Kitab Suci, Taurat. Pencipta langit dan bumi bermaksud membuat kebenaran-Nya tersedia dalam bentuk tulisan bagi generasi masa depan sampai akhir jaman. Dia memasukkan kata-kata-Nya ke dalam pikiran Musa untuk ditulis. Melalui tangan Musa Allah mengesahkan kata-kata-Nya kepada bangsa-bangsa dengan keajaiban luar biasa. Allah juga mengungkapkan kejadian masa depan yang Musa katakan kepada orang Mesir dan Israel. Semuanya terjadi persis sama dengan nubuat Musa. Allah tidak menyisakan tempat bagi keraguan.

Orang yang paling skeptis pun harus mengakui bahwa Allah yang berbicara melalui Musa adalah Allah yang hidup dan benar. 3

Musa adalah nabi pertama dari jajaran para nabi yang mencatat Firman Allah selama lebih dari lima belas abad. 4 Para nabi tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa tidak mengecap pendidikan formal. Dan walaupun mereka hidup dalam generasi yang berbeda, apa yang mereka tulis menjadi sebuah pesan yang sempurna dari awal hingga akhir.

Allah memilih Musa, Daud, Salomo, dan sekitar tiga puluh orang lain untuk menulis Ayat-ayat Perjanjian Lama. Dia mengesahkan Firman-Nya dengan janji dan nubuat yang digenapi dan dengan tanda dan mujizat.

Asal mula, kehidupan, kata-kata, pekerjaan, kematian, dan kebangkitan Mesias dalam Perjanjian Baru dicatat oleh empat orang: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Keempat orang tersebut menulis Injil dan menyediakan empat kesaksian yang berbeda bagi dunia. Allah juga memberikan wahyu kepada Petrus (seorang nelayan), Yakobus dan Yudas (saudara tiri Yesus), dan Paulus (seorang cendekiawan dan yang tadinya menyiksa para pengikut Yesus) untuk menjelaskan dengan rincian mulia tentang keberadaan Allah dan tujuan-Nya yang agung bagi umat-Nya. Rasul Yohanes menulis kitab terakhir dalam Kitab Suci yang secara nyata menubuatkan bagaimana sejarah dunia, yang kita ketahui, akan berakhir.

SAKSI YANG KONSISTEN

Secara keseluruhan, Allah menggunakan sekitar empat puluh orang selama lebih dari lima belas abad untuk mencatat wahyu-Nya bagi umat manusia. Walaupun setiap saksi tersebut tidak saling mengenal, apa yang mereka catat bergabung secara sempurna membentuk cerita dan pesan tertinggi.

Siapa yang bisa menyampaikan cerita yang begitu konsisten selain Sang Tunggal yang tidak dikekang oleh rentang waktu?

“Tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”(2 Petrus 1:21)

Selama berabad-abad banyak yang sudah berusaha menjelek-jelekkan penulis Perjanjian Baru dan pesannya. Sabda Rasul Paulus adalah yang paling terutama diserang.

Rasul Petrus menegur kita untuk menangani sabda Paulus dengan serius:

“Paulus, saudara kita yang tercinta, sudah menulis yang demikian juga kepadamu. Ia menulis itu dengan kebijaksanaan yang diberikan Allah kepadanya ... Memang ada beberapa hal yang sukar dipahami dalam surat-suratnya itu. Dan bagian itu diputarbalikkan oleh orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan yang tidak teguh imannya. Hal itu tidak mengherankan, karena bagian-bagian lain dari Alkitab diperlakukan begitu juga oleh mereka. Apa yang mereka lakukan itu hanya mengakibatkan kehancuran mereka sendiri.” (2 Petrus 3:15-16 BIS)

Semua yang ditulis oleh Rasul Paulus seiring dengan apa yang ditulis oleh para nabi. Karena Paulus sendiri bersaksi,

“Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa ... Percayakah engkau kepada para nabi?” (Kisah Para Rasul 26:22, 27)

KONSISTEN ATAU TIDAK KONSISTEN?

Kejujuran seorang saksi diuji bukan dari banyaknya kebenaran yang ada dalam kesaksiannya tapi karena seluruh kesaksiannya konsisten. Anekdot berikut ini menjelaskannya:

Di suatu hari yang cerah empat orang anak sekolah tidak dapat menolak godaan untuk bolos sekolah. Keesokan harinya mereka menjelaskan kepada gurunya bahwa mereka bolos sekolah karena ban mobil mereka ada yang bocor. Mereka merasa lega ketika gurunya tersenyum dan berkata, “Yah, kamu melewatkan kuis kemarin.” Tapi kemudian dia berkata, “Duduklah dan ambillah selembar kertas dan pensil. Pertanyaan pertama adalah: ban sebelah mana yang bocor?” 5

Jawaban anak-anak sekolah yang berlainan itu menunjukkan kebohongan cerita mereka.

Berbeda dengan kesaksian yang berlainan dari keempat anak tersebut, kesaksian Allah selalu konsisten. Dengan menggunakan lusinan saksi dan penulis dari generasi ke generasi, Sang Pencipta telah membuka diri-Nya dan pesan-Nya dengan konsistensi yang tanpa cela.

Di tengah lautan pertentangan antara agama dan filosofi, Allah sudah menyediakan dan menyisihkan sebuah batu yang tidak tergoyahkan dimana kita bisa menyandarkan jiwa kita.

Batu itu adalah Firman-Nya.

“Kami masih diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap ... Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu ... Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka.”(2 Petrus 1:19-2:3)

NABI-NABI PALSU

Firman Allah mengingatkan kita akan adanya nabi-nabi dan guru-guru tamak dan memegahkan diri sendiri yang “akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka.” 6  Dalam Kitab Suci terdapat banyak cerita tentang orang-orang yang menyatakan diri telah bicara langsung dengan Allah tapi pesan mereka sebenarnya diwahyukan oleh “roh dusta.” (1 Raja-raja 22:22)

Dalam Kitab Suci ada cerita dalam sejarah Israel dimana terdapat 850 nabi palsu dan hanya ada satu nabi yang benar, Elia. Hanya 7.000 orang Israel yang tetap setia kepada Allah yang benar sedangkan jutaan lainnya memilih untuk percaya pada saksi-saksi palsu yang hanya melayani dirinya sendiri. 7

Mikha, salah satu nabi Allah yang setia, menulis:

“Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi yang menyesatkan bangsaku ... mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang.”(Mikha 3:5)

Itu adalah pola sejarah yang telah diperingatkan Yesus:

Lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya. Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:13-17)

Selama berabad-abad sudah banyak nabi-nabi dan guru-guru palsu. Beberapa sudah mempengaruhi ratusan dan ribuan jiwa, sementara yang lain sudah membawa jutaan dan miliaran jiwa pada kehancuran “jalan yang menuju kepada kebinasaan.”

Jika kamu tidak ingin menjadi salah satu dari banyak orang yang dengan buta mengikuti nabi palsu pada “kebinasaan,” maka ujilah pengajaran orang tersebut dengan kisi-kisi berikut:

Pesan nabi yang benar selalu harus seiring dengan sabda Allah yang mendahuluinya.

Pelajari tiga studi kasus dari orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai nabi Allah. Apakah mereka nabi palsu atau nabi benar?

KASUS #1: “MESIAS” YANG DIKUBUR

Sejarah mencatat lusinan nabi dan mesias yang hidup setelah jaman Kristus. 8 Salah satunya adalah Abu Isa.

Abu Isa dari Persia hidup di abad ke-7. Para pengikutnya percaya bahwa dia adalah Mesias karena dia menyatakan akan membawa mereka pada kemenangan dan, walaupun dia buta aksara, dia dilaporkan telah menulis buku. Tapi pesan yang disampaikannya berlawanan dengan Kitab Suci.

Abu Isa mengajar pengikutnya untuk berdoa tujuh kali dalam sehari dan ikut serta dalam peperangan dengan menjanjikan perlindungan ilahi. Tapi, setelah Abu mati dalam peperangan, dikuburkan, dan tidak bisa hidup kembali, pengikutnya harus mengakui bahwa dia bukanlah Mesias.

Jauh sebelum masa Abu, Yesus telah memperingatkan para pengikut-Nya:

“Sebab Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat sehingga sekiranya mungkin mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” (Matius 24:24-25)

KASUS #2: “NABI” YANG BUNUH DIRI

Jim Jones mendirikan sebuah kultus yang disebut Tempat Ibadah Manusia. Pada awal tahun 1970-an Jim adalah seorang pengkhotbah terkenal di San Fransisco, Kalifornia. Dia terkenal karena kemampuannya menggerakkan banyak orang untuk ikut serta dalam politik dan dalam proyek membantu orang miskin. Jim menyebut dirinya “Sang Nabi” dan menyatakan dirinya mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penderita kanker dan membangkitkan orang mati.

Akhirnya Jim Jones meyakinkan lebih dari seribu pengikut untuk mengikutinya ke “Kota Jones” di Guyana, Amerika Selatan. Dalam komunitas yang baru ini, “Nabi Jim” menjanjikan kehidupan yang damai dan bahagia kepada para muridnya. Tapi, ini adalah kebohongan besar.

Jim ternyata hanyalah serigala jahat berbulu domba. Seperti yang dilaporkan oleh koran harian San Francisco Chronicle, “Pada 18 November [1978]: Jones memerintahkan kelompoknya untuk melakukan bunuh diri dengan meminum racun sianida. Yang menolak dipaksa untuk meminum racun tersebut. Anak-anak dibunuh dengan menggunakan suntikan. Akhirnya 914 mayat ditemukan di Jonestown, termasuk Jones sendiri.” 9

KASUS #3: “KITAB SUCI” YANG TIDAK PASTI KEBENARANNYA

Joseph Smith lahir di Amerika Utara pada tahun 1805. Ketika Joseph masih muda, dengan berlatar belakang kemiskinan dan kepercayaan pada hal gaib, dia mulai memberi tahu orang-orang bahwa dia adalah nabi Allah. Dia menyatakan diri bahwa Allah sudah bicara kepadanya dalam serangkaian penglihatan melalui malaikat terang bernama Moroni.

Joseph menulis: “Saya ditangkap oleh kekuatan yang menguasai saya sepenuhnya dan mempengaruhi saya sebegitu hebatnya dengan mengikat lidah saya sehingga saya tidak bisa bicara. Kegelapan berada di sekeliling saya, dan sepertinya pada waktu itu saya dikutuk untuk mengalami kehancuran saat itu juga.” Lalu Joseph menjelaskan bagaimana sebuah “pilar cahaya” muncul di atas kepalanya “lebih terang dari cahaya matahari yang turun perlahan sampai melingkupi”-nya. 10 Joseph menyatakan bahwa Allah sudah memberikannya kitab suci baru - Kitab Mormon. Dia memberi tahu pengikutnya bahwa Kitab Suci berasal dari Allah tapi kitab yang baru ini merupakan wahyu Allah yang terbaru. Joseph mengajar pengikutnya untuk menghafalkan doa-doa, berpuasa, bersedekah, melakukan perbuatan baik, dan menerimanya sebagai nabi. Sementara itu, dia menjalani dan membenarkan gaya hidup mewah yang sensual.

Walaupun “wahyu” milik Joseph Smith tidak disahkan oleh saksi-saksi lain (walaupun dia menyatakan ada tiga saksi lain) dan walaupun terbukti bahwa bukunya berlawanan dengan Kitab Suci, sejarah, dan arkeologi, 11 sampai sekarang jutaan orang masih setia pada agama Mormonisme. Gereja Mormon yang kaya mengirimkan misionarisnya ke seluruh penjuru dunia dan setiap hari ratusan orang menjadi penganut Mormon (disebut juga Orang Suci Akhir Jaman). Kebanyakan dari penganut Mormon adalah orang-orang yang baik dan tulus tapi jika kamu membandingkan pesan “nabi Joseph” dengan apa yang sudah ditulis dan dinyatakan oleh para nabi dalam Kitab Suci, kamu akan menemukan dua pesan yang jauh berbeda.

Tidaklah bijaksana bagi kita untuk mempercayakan masa depan kekekalan kita pada pesan yang bertolak belakang dan belum dipastikan KEBENARANNYA dari orang yang menyebut dirinya sendiri sebagai nabi - tidak peduli apakah dia sangat pandai berbicara atau pintar. “Sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.” (2 Korintus 11:14)

PESAN YANG SUDAH DIPASTIKAN

Dalam dunia yang membingungkan dimana banyak orang “menggantikan kebenaran Allah dengan dusta,” (Roma 1:25) satu Allah yang benar telah dengan jelas membedakan kebenaran-Nya dari suara-suara yang menentangnya.

Salah satu cara Allah menjelaskan dan memastikan KEBENARAN pesan-Nya adalah dengan menyatakannya terus menerus dengan konsistensi yang tanpa cela kepada banyak nabi dari generasi ke generasi. Hanya Sang Pengarang yang tidak dibatasi waktu yang bisa memberikan wahyu seperti itu.

 

Keempat puluh orang yang ada dalam ilustrasi ini menggambarkan para pesabda, yang selama 15 abad mencatat konsistensi Allah, memastikan kebenaran pesan-pesan dalam Kitab Suci.

 

Seorang pria yang terpisah sendiri menggambarkan pesabda yang kemudian datang dengan pesan yang bertentangan dan belum dipastikan.

Dalam beberapa bab sebelumnya kita sudah menemukan banyak bukti yang memperlihatkan Kitab Suci sebagai Firman Allah. Walaupun bukti-bukti yang ada sudah meyakinkan, tapi kebenaran pesan Allah yang paling meyakinkan adalah hanya dengan mendengar, mengerti, dan memahaminya.

Drama pengungkapan dari Kitab Allah menyatakan Sang Tunggal yang tak terbatas dan melebihi kekuatan imajinasi kita. Kitab tersebut memperlihatkan kemuliaan sang Pencipta dan sifat alaminya yang seimbang dengan sempurna. Kitab tersebut membebaskan manusia dari ketakutan akan kematian dan memberikan mereka harapan pasti akan hidup yang kekal. Kitab tersebut mengubah karakter dan tindakan mereka. Kitab tersebut membawa mereka kepada satu Allah yang benar.

Tidak ada iblis ataupun manusia yang bisa menyampaikan pesan seperti itu.

Tapi janganlah mempercayai perkataan saya.

Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”(1 Tesanolika 5:21)


1. Apa yang dapat diketahui manusia tentang Allah sudah jelas di dalam hati nurani manusia, sebab Allah sendiri sudah menyatakan itu kepada manusia. Semenjak Allah menciptakan dunia, sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu keadaan-Nya sebagai Allah dan kuasa-Nya yang abadi, sudah dapat difahami oleh manusia melalui semua yang telah diciptakan. Jadi manusia sama sekali tidak punya alasan untuk membenarkan diri..” (Roma 1:19-20 BIS) Bahkan orang-orang yang tidak mempunyai Kitab Suci, “menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Kebanyakan orang tidak mencari kebenaran tapi mengikuti yang salah.

2. Dengan menghitung masa silsilah yang dicatat dalam Kitab Suci, kita belajar bahwa Adam belum mati sebelum ayahnya Nuh (generasi kesembilan setelah Adam) berumur lebih dari 50 tahun (Kejadian 5).

3. “Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: ‘Inilah tangan Allah.’”(Keluaran 8:19) Lihat juga Keluaran 12:30-33. Untuk cerita selengkapnya: Keluaran 5–14.

4. Ketika Musa menulis bagian pertama Kitab Suci, sepertinya kitab Ayub ditulis sebelum Kitab Taurat (sekitar jaman Abraham), karena itu kitab Ayub adalah salah satu karya literatur tertua yang sudah selesai dibuat saat itu. Jika penentuan waktu itu benar maka Kitab Suci ditulis selama jangka waktu 2.000 tahun.

5. DeHaan, Dennis. Our Daily Bread, 6 Mei 2006. Grand Rapids, MI: RBC Ministries.

6. Beberapa orang bertanya, “Mengapa Allah memperbolehkan nabi-nabi palsu menyampaikan pesan yang menipu?” Musa menjawab pertanyaan itu dalam Kitab Taurat. Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: ‘Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,’ maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.”(Ulangan 13:1-3)

7. 1 Raja-raja18; 1 Raja-raja19:18; Roma 11:14

8. Smith, James E. What the Bible Teaches about the Promised Messiah. Nashville, TN: Thomas Nelson Publishers, 1993, hal. 470-474; Baca juga: Phillips, John. Exploring the World of the Jew. Neptune, NJ: Loizeaux Brothers, 1993, hal. 80-81.

9. Taylor, John. “Jones Captivated San Francisco’s Liberal Elite,” San Francisco Chronicle, 12 November 1998.

10. Smith, Joseph. Pearl of Great Price. Joseph Smith – History; 1:15-16.

11. Tidak seperti Kitab Suci yang sudah dipastikan oleh sejarah dan arkeologi, Kitab Mormon tidak. Professor Thomas Stuart Ferguson mendirikan Departmen Arkeologi di Universitas Brigham Young milik agama Mormonism semata-mata bertujuan untuk menemukan bukti yang memastikan kebenaran “kitab suci” mereka. Setelah 25 tahun meneliti dengan serius, departemen itu tidak menemukan apapun untuk memastikan kebenaran flora, fauna, topografi, geografi, manusia, koin, atau pemukiman yang tercantum dalam Kitab Mormon. Ferguson menyimpulkan bahwa geografi yang ada dalam Buku Mormon “tidak nyata”. (Martin, Walter. The Kingdom of the Cults. Minneapolis, MN: Bethany House Publishers, 1997, hal. 200-202)