27
TAHAP 1:
RENCANA ALLAH DI MASA LALU
Hari ini engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
— Tuhan Yesus (Lukas 23:43)

Beberapa menit yang lalu, baterai laptop saya hampir habis, tapi sekarang sedang diisi dan hidup kembali. Bagaimana mengembalikan keadaan baterai yang sedang menurun?

Saya memasang kabel laptop ke sumber listrik.

Baterai laptop, telepon genggam, atau lampu senter sering habis dan sebelum habis harus diisi lagi dengan sumber listrik.

Keturunan Adam seperti baterai yang sudah hampir habis (sekarat). Kita mulai sekarat sejak kita dikandung, tidak ada cara untuk membalikkan kutukan yang mengiringi dosa.

Hampir di bagian akhir perjalanan kita ini saya ingin bercerita tentang seorang Perancis yang memiliki masa depan yang sepertinya tanpa harapan, sama seperti baterai yang sudah hampir habis.

LE MISÉRABLE

Pada bulan Maret 1987 saya bertemu dengan Bruno yang berumur 26 tahun.

Selama bertahun-tahun sebelumnya orang muda ini sudah mulai memikirkan arti kehidupan. Dia merasakan kekosongan - kekosongan yang tidak bisa diisi oleh agama Katolik yang sudah dianutnya sejak kecil ataupun oleh kesenangan dunia.

Ketika Bruno masih kecil, dia mengamati orang-orang, yang mengajarnya tentang Allah, telah gagal mempraktekkan apa yang mereka katakan. Sebagai seorang remaja yang memberontak, dia melihat dunia dipenuhi dengan ketidakadilan. Pada umur 18 tahun Bruno mempunyai satu tujuan dalam hidupnya yaitu bermain dengan teman-temannya di akhir pekan, mabuk-mabukkan, dan melupakan kesedihannya. Keputusasaannya semakin bertambah ketika pacarnya mati dalam kecelakaan mobil. Dia marah kepada Allah.

Bruno memutuskan untuk pergi ke India. Dia berharap bisa menemukan arti hidup diantara sekian banyak agama. Setelah melakukan perjalanan darat yang melelahkan, Bruno tiba di salah satu kota tersibuk di India dimana dia dihadapkan dengan kegairahan agama yang pekat dan kesengsaraan manusia yang tak terlukiskan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Bruno, “Walaupun orang-orang beragama dan mempunyai iman, saya melihat mereka lebih menderita dari pada saya sendiri.”

Setelah tinggal selama hampir satu tahun di India, Bruno menyimpulkan bahwa jika dia akan menemukan kebenaran yang sebenarnya, Allah sendirilah yang harus mengungkapkan kepadanya. Jadi dia mengucapkan sebuah doa sederhana ini kepada Penciptanya, “Jika kamu ada, perlihatkanlah dirimu kepada saya!”

Suatu hari, ketika Bruno sedang berjalan di jalanan Kalkuta, dia melihat sebuah toko yang mempunyai tanda: RUMAH KITAB SUCI. Karena dorongan hati, dia masuk ke dalam toko itu dan bertanya kepada penjaga toko, “Apakah kamu punya Kitab Suci berbahasa Perancis?” Mereka punya.

Dia membeli dan mulai membacanya.

Banyak hal membuatnya kaget. Misalnya, dia terpukul dengan perintah pertama dan kedua dalam Sepuluh Perintah yang mengatakan: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun ... jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.”(Keluaran 20:3-5) Tapi Bruno melihat di sekelilingnya ada tempat-tempat ibadah dimana orang-orang menyembah patung. Dan ketika dia memikirkan agama yang dianutnya sejak kecil, dia menjadi mengerti bahwa orang-orang beragama yang dikenalnya telah melanggar perintah Allah karena mereka menyembah dan berdoa di hadapan patung Maria dan para orang kudus.

Bruno juga merasa terkesan dengan ayat lain: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.(Yosua 1:8)

Merasa yakin bahwa dia dapat menemukan kebenaran hanya melalui Kitab Suci, Bruno meninggalkan India dan kembali ke Perancis. Tapi dia tidak meneruskan membaca Kitab Sucinya, dia menyimpannya di rak buku dan kembali bekerja dan berpesta - gaya hidup yang telah membuatnya merasakan kepahitan dan mempunyai hati yang kosong.

Empat tahun berlalu.

Suatu hari, ketika Bruno memikirkan keberadaannya yang tak berarti, dia teringat akan ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Allah berjanji: “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.(Yeremia 29:13) Bruno berdoa, “Baiklah Allah, aku akan mencarimu dengan sepenuh hati dan mencari tahu apakah janjimu itu benar atau tidak.”

Untuk memisahkan dirinya dari pengaruh keluarga, Bruno memutuskan untuk melakukan perjalanan lain. Kali ini ke Afrika. Sambil melakukan perjalanan lewat darat, dia membaca Kitab Suci dan berdoa, “Allah, pimpinlah aku kepada kebenaran-mu dan jauhkan saya dari kesalahan.” Setelah melewati gurun Sahara, dia sampai di Senegal bagian utara. Dia melewatkan malam pertamanya di kota yang sama dengan tempat saya dan keluarga saya tinggal.

Keesokan harinya Bruno berjalan-jalan di kota. Seperti di Kalkuta, ada sebuah tanda di sebuah pintu yang menarik perhatiannya. Tanda itu bertuliskan:

ECOUTEZ! CAR L’ETERNEL DIEU A PARLÉ!

(Dengar! TUHAN Allah sudah berfirman)

Bruno masuk.

Itu adalah kantor saya. Saya menengadah, meninggalkan pekerjaan saya, dan melihat seorang pria berjenggot lebat sedang memegang sebuah buku kecil berwarna biru yang sudah lusuh - Kitab Suci yang dibelinya di India. Saya masih bisa mendengar pertanyaan pertamanya:

“Apakah kamu Katolik atau Protestan?”

“Saya hanya seorang Kristen - pengikut Kristus,” jawab saya. Bruno terkejut dan senang dengan jawaban ini karena setelah membaca Kitab Suci, dia memperhatikan bahwa Kitab Suci tidak pernah menyebut Katolik atau Protestan tapi hanya Kristen - orang yang percaya kepada Kristus. Kemudian Bruno berkata jika saya menjawab pertanyaannya dengan “Saya seorang Katolik” atau “Saya seorang Protestan,” dia akan membalikkan badan dan keluar. Dia sudah lelah dengan agama. Dia menginginkan kenyataan.

Selama beberapa hari berikutnya Bruno memberondong saya dengan pertanyaan-pertanyaan. Saya menunjukkan jawaban Allah dalam Kitab Suci. Di malam kepergiannya (dia ingin pergi ke Afrika Selatan), saya menantangnya, “Baca lagi Kitab Sucimu dan perhatikan apa yang telah Allah lakukan untukmu.”

Enam minggu kemudian saya dan istri saya menerima sebuah surat dari Bruno dan dia menjelaskan bahwa dia telah menyewa sebuah rumah di sebuah desa nelayan yang tidak jauh. Dia sudah selesai membaca kembali keseluruhan Kitab Suci, membandingkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Dia telah melihat Kristus dalam semua ayat.

Sesuai dengan apa yang dikatakan Bruno, “Suatu malam ketika saya sedang di luar sendirian, janji Yesus masuk ke dalam hati saya dengan penuh kuasa, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28) Mengingat kembali kehidupan saya yang diisi kegagalan, kepahitan, dan penyesalan - suatu konflik besar berkobar di dalam hati saya. Saya tahu bahwa jika saya mengikuti Kristus, saya tidak akan lagi bebas mengikuti nafsu dan keinginan saya sendiri. Akhirnya saya menyerah. Allah telah membuka mata saya. Saya percaya bahwa Kristus telah mencurahkan darah-Nya di kayu salib dan bangkit kembali untuk saya. Kedamaian mengaliri jiwa saya. Saya mulai menangis dan tidak bisa berhenti. Beban berat dosa saya telah hilang!” Bruno menambahkan, “En somme, je suis né de nouveau!” (“Sebagai kesimpulan, saya telah dilahirkan kembali!”)

Bruno telah menemukan apa yang dicari selama ini: hati dan kesadaran yang bersih, hubungan dengan Penciptanya dan kehidupan kekal. Sekarang dia mengerti mengapa dia ada di dunia dan ke mana dia akan pergi.

Pencariannya telah selesai.

Kitab Suci berkata:

“Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)

Seketika itu pula kehidupan Bruno mulai mengalami perubahan kecil dan besar. Misalnya, walaupun dia sudah merokok sejak umur sebelas tahun, Tuhan membebaskannya dari kebiasaan ini. Gaya hidup yang tak bermoral, mabuk-mabukkan, dan asyik dengan diri sendiri menjadi kenangan masa lalu yang memalukan. Sekarang Kitab Suci sudah dapat dimengerti dan doa sudah menjadi kebiasaan seperti bernafas.

Bruno tidak melanjutkan perjalanannya tapi dia menghabiskan waktu selama enam bulan kemudian di Senegal untuk mempelajari Kitab Suci, meluangkan waktu bersama orang-orang yang percaya kepada Kristus dan memberi tahu orang-orang apa yang telah Allah lakukan baginya.

Bruno telah menjadi ciptaan baru.

Walaupun sudah berlalu dua dekade sejak saya pertama kali bertemu Bruno, kami tetap berhubungan. Sekarang “Bruno yang baru” tinggal di Perancis, dimana dia dan istrinya berjalan bersama Allah dan membesarkan keempat anak mereka dalam pengetahuan dan berkat Tuhan.

Apakah itu berarti kehidupan Bruno terbebas dari sakit hati, perjuangan, dan sakit? Tidak, dia dan keluarganya menghadapi bermacam-macam cobaan dan godaan tapi mereka tidak sendiri.

Tuhan sendiri yang menyertai mereka.

TIGA TAHAP DALAM RENCANA ALLAH

Mungkin seseorang akan berpikir: “Tunggu dulu. Jika Yesus telah mengalahkan Satan, dosa, dan kematian bagi kita - lalu mengapa manusia, termasuk orang-orang yang percaya kepada Kristus, harus terus berjuang dalam banyak hal? Mengapa dunia kita dipenuhi kejahatan dan pertengkaran? Dimana pembebasan dan kesempurnaan yang dijanjikan?”

Jawabannya terdapat pada kenyataan bahwa rencana Allah yang sudah ada sejak dulu untuk turut campur dalam sejarah manusia mencakup tiga tahap:

Tahap I:  Allah sudah membebaskan orang-orang kepunyaan-Nya dari

 HUKUMAN dosa.

TahapII:  Allah sudah membebaskan orang-orang kepunyaan-Nya dari

KUASA dosa.

Tahap III:  Allah akan membebaskan orang-orang kepunyaan-Nya dari

KEBERADAAN dosa. 1

Kutipan dari Perjanjian Baru berikut ini menyimpulkan tiga tahap dalam rencana Allah - masa lalu, masa sekarang, dan masa depan:

“Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah [Tahap I] dan akan menyelamatkan kami [Tahap II]; kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi [Tahap III]. (2 Korintus 1:10)

Penjelajahan Kitab Suci selanjutnya akan berfokus pada tiga tahap dari rencana ini dimana Allah akan selamanya menghapus pengaruh Satan, dosa, dan kematian. Perjalanan kita yang hampir berakhir ini akan menjadi lebih mengagumkan karena kita akan melihat Taman Firdaus.

MEMBALIKKAN KUTUKAN: TAHAP SATU

Ketika Adam dan Hawa mendengar Satan, mereka kehilangan hubungan persahabatan dengan Pencipta dan Pemilik mereka dan membawa kutukan dosa kepada mereka dan seluruh keturunan mereka. Dunia yang asli dan sempurna tiba-tiba diubah menjadi tempat dimana orang-orang ingin bersembunyi dari Allah dan mengikuti jalan mereka sendiri. Hidup menjadi penuh duka cita dan sakit, penyakit dan cacat, kemiskinan dan kelaparan, kesedihan dan pertengkaran, usia tua dan kematian.

Dosa membawa kutukan. Tapi di waktu yang telah ditentukan, seperti yang telah dijanjikan Allah, Anak Allah yang Kekal akan datang dari surga ke dunia sebagai Keturunan perempuan untuk menyelamatkan keturunan-keturunan Adam dari Satan, dosa, dan kematian.

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.” (Ibrani 1:1-3)

Tuhan Yesus tidak tercemar dosa.

Dia memperlihatkan wewenang penuh atas setiap elemen ciptaan yang dikutuk dosa. Dengan perkataan-Nya atau sentuhan tangan-Nya, Dia mengusir roh jahat, mencelikkan mata yang buta, menyembuhkan yang menderita penyakit lepra, dan membangkitkan yang mati. Dia berjalan di atas air, menenangkan angin ribut, dan memperbanyak roti bagi yang lapar. Dia mengampuni dosa dan membawa kedamaian ke dalam hati yang terluka.

Dan kemudian Dia melakukan apa yang harus dilakukan dengan kedatangan-Nya.

Dia menderita, mati, dan bangkit kembali untuk memuliakan Bapa-Nya, menggenapi Kitab Suci, dan menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:13-14 [Ulangan 21:23])

ANUGERAH YANG LUAR BIASA

Yesus, yang memegang teguh hukum Allah dengan sempurna, datang untuk menebus para pelanggar hukum “dari kutuk hukum Taurat [yang mensyaratkan kepatuhan sepenuhnya] dengan jalan menjadi kutuk karena kita.” Yesus bersedia menerima penghukuman yang seharusnya kita terima supaya kita dibebaskan dari hukuman kekal.

Walaupun Tuhan menderita di kayu salib, Dia menunjukkan tujuan-Nya untuk membalikkan kutukan dosa.

Yesus disalibkan di antara dua orang penjahat yang sudah dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan, pencurian, dan pembunuhan. Kita dengar lagi percakapan antara Tuhan dan kedua pendosa ini. Pertama kali kedua orang ini menghina Yesus tapi ketika waktu berlalu, salah seorang dari mereka bertobat.

“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”

Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’ Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’

Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’” (Lukas 23:39-43)

Kedua pelanggar hukum ini akan mati dan masuk ke dalam neraka. Kemudian di jam-jam terakhir itu salah satu dari mereka mengakui dosanya di hadapan Allah dan meletakkan kepercayaannya kepada Juruselamat tak berdosa yang dipaku di kayu salib.

Yesus menjanjikannya:

“Hari ini engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus!”

Pelanggar hukum yang diampuni ini tidak menghabiskan kekekalan di tempat yang telah dipersiapkan untuk iblis dan malaikat-malaikatnya yang telah jatuh tapi akan bersama Pencipta dan Penebusnya.

Sungguh suatu pembalikkan!

Berdasarkan kepercayaannya kepada Anak Domba Allah yang, pada saat itu, mencurahkan darah-Nya untuk membayar hukuman dosa, Allah menghapuskan dosa pendosa ini dari buku catatan, memberinya kebenaran Allah, dan mencatat namanya dalam Buku Kehidupan Anak Domba - buku yang berisi nama-nama orang yang dengan iman telah menerima hadiah pengampunan, kebenaran, dan kehidupan kekal dari Allah.

Bagi pendosa tak berdaya ini, kutukan dosa telah selamanya dibalikkan.

APAKAH PEMBUNUH BISA DIAMPUNI?

E-mail ini datang dari seorang penanya:

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Saya ingin tahu bagaimana kamu menjelaskan istilah “keadilan” dalam pernyataan bahwa “Yesus (s.a.w.) mati menggantikan kita untuk menebus dosa-dosa kita.” Apakah ini berarti saya tidak akan pernah bertanggung jawab atas semua perbuatan buruk yang saya lakukan sepanjang hidup saya? Pembunuh, yang lari dari keadilan di bumi ini, akan dibebaskan juga di kehidupan mendatang hanya karena Yesus telah menebus dosa-dosanya ... saya sulit menerima pandangan ini ... Semoga kita semua dibawa ke jalan yang benar!

Apakah kematian Yesus di kayu salib menggantikan para pendosa sesuai dengan tindak keadilan? Apakah “seorang pembunuh” bisa diampuni Allah? Kita jawab dulu pertanyaan terakhir dengan beberapa kesaksian dari “para pembunuh” yang telah diampuni dan diubahkan.

KANIBAL

Dalam bukunya yang berjudul Lords of the Earth (Tuhan atas Dunia), penerjemah Kitab Suci dan seorang antropologi, Don Richardson, bercerita tentang suku Yali - kanibal kejam yang tinggal di pegunungan Papua, Indonesia. Selama berabad-abad suku ini telah melakukan penyiksaan, pembunuhan, dan ya, memakan tubuh musuh dari desa sekitarnya. Balas dendam dan ketakutan adalah suatu kehidupan yang “normal”.

Kemudian Kitab Injil dibawa ke dalam suku mereka.

Suku Yali dan suku-suku sekitarnya mendengar kabar baik Allah tentang pengampunan dosa dan kehidupan baru dalam Kristus. Banyak orang yang percaya. Cara berpikir dan kehidupan mereka berubah. Sebagai anak-anak Allah yang dilahirkan kembali, sekarang mereka mempunyai standard kehidupan “normal” yang baru. Orang-orang yang tadinya saling membenci dan takut satu akan yang lain menjadi saudara. Untuk menjembatani persahabatan yang baru dengan musuh-musuh mereka terdahulu, mereka membuat “jalur yang lebih baik untuk menghubungkan desa-desa di Yali.” 2

Sekarang orang-orang, yang dulunya pembunuh, menunjukkan belas kasih kepada orang-orang yang mencoba menyakiti mereka, karena Roh Allah telah mengubah hati mereka dan mengajarkan mereka: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:32)

GADIS YANG PUTUS ASA

Emma tumbuh dalam keluarga Muslim yang ketat di Singapura. Karena perceraian orang tuanya dan kehidupan keluarga yang tidak berjalan dengan baik, di usia enam belas tahun dia memutuskan untuk membunuh seseorang - dirinya sendiri.

Emma bertekad untuk lompat dari balkon lantai sepuluh gedung apartemen mereka. Sebelum dia menjalankan rencananya, dia berteriak dengan marah dan putus asa kepada Allah yang tidak dikenalnya, “Kalau kamu memang ada, beri tahu saya!” Kemudian dia turun ke balkon lantai sepuluh dengan menggunakan tangga ...

Di anak tangga tergeletak sebuah Kitab Suci!

Dia memungutnya dan segera kembali ke kamarnya. Kitab Suci itu terjatuh dan menunjukkan ayat ini:

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23)

Ketika Emma membaca Mazmur ini, dia dilimpahi kenyataan DAN KASIH Allah. Tak lama kemudian, dia menyerahkan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus yang berkata, Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. (Yohanes 10:11)

Emma menjadi salah satu domba-Nya. Dia tidak lagi ingin membunuh dirinya sendiri. Sekarang dia menjadi seorang istri yang bersukacita dan seorang ibu dari lima anak. Keinginannya dalam hidup ini adalah membantu orang lain menemukan apa yang telah ditemukannya dalam Kristus - KASIH ALLAH YANG BERKELIMPAHAN.

Ketika saya mengirimkan cerita ini kepada Emma untuk diperiksa keakuratannya, dia menuliskan e-mail jawaban dan menambahkan kata-kata yang ditulis dalam huruf besar tentang kasih Allah. Di tengah-tengah tekanan dan tantangan yang dihadapi wanita-wanita di seluruh dunia, setiap hari Emma menemukan kekuatan dan sukacita dalam kasih dan pemeliharaan Tuhan.

PRIA YANG PENUH KEKERASAN

Terakhir, Saulus dari Tarsus, seorang yang sangat rajin beragama sehingga dia membunuh orang-orang dalam nama Allah.

Saulus dilahirkan di Tarsus, Asia Kecil (sekarang bernama Turki) pada jaman Kristus. Saulus tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Tak lama setelah Yesus kembali ke surga, Saulus diberi perintah oleh pengadilan tinggi Yahudi untuk menangkap, mengadili, dan membunuh pengikut-pengikut Yesus. Dia percaya bahwa dia melayani Allah dengan menangkap, menyiksa, dan mencambuk orang Yahudi yang percaya kepada Yesus. 3 Inilah yang terjadi ketika Saulus dan orang-orangnya menjalankan misi lain untuk menangkap kelompok Yahudi Kristen.

“Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?;

Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’

Kata-Nya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’” (Kisah Para Rasul 9:3-6)

Pandangan Saul tentang Yesus berubah seratus delapan puluh derajat. Sebagai seorang murid yang belajar Ayat Perjanjian Lama, tiba-tiba dia mengerti bahwa Yesus adalah Mesias yang telah ditulis oleh para nabi.

Tokoh antagonis terjahat telah menjadi seorang protagonis terbaik. 4

Saulus, yang kemudian mengganti namanya menjadi Paulus (berarti “kecil”), bersaksi:

“Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.’” (1 Timotius 1:13-15)

KEAHLIAN KRISTUS

Apakah “pembunuh” dapat diampuni dan diubah oleh Allah?

Itulah yang terjadi dengan orang-orang kanibal di Papua, Emma di Singapura, dan Saulus dari Tarsus. Itulah yang terjadi dengan pembunuh bertobat yang disalib di sebelah Yesus. Itulah yang terjadi sekarang setiap hari dengan para pendosa di seluruh dunia - di dalam dan di luar penjara - ketika mereka percaya pada pesan Allah.

Membebaskan dan mengubah hati yang paling buruk dan pendosa yang “terhebat” merupakan keahlian Kristus. Itulah arti kasih setia dan anugerah Allah.

Tentu saja dosa ada akibatnya.

Penjahat yang di kayu salib itu tetap menderita akibat kejahatannya. Selama di dunia dia tidak pernah merasakan kedamaian dan sukacita karena mengenal Tuhan, hidup bagi-Nya, dan membantu orang lain untuk mengenal-Nya juga.

Tapi cara pendosa diampuni dan dibenarkan oleh Allah adalah sama: dengan mengenali keadaannya yang berdosa dan dengan percaya pada ketentuan keselamatan Allah.

Tidak percaya kepada Tuhan Yesus berarti binasa selamanya bersama penjahat tak bertobat yang disalib di sisi lain Yesus.

KASIH SETIA DENGAN KEADILAN

Penulis e-mail yang tulisannya tercantum di beberapa halaman sebelumnya mengajukan pertanyaan lain: “Bagaimana kamu menjelaskan istilah ‘keadilan’ dalam pernyataan bahwa ‘Yesus mati menggantikan kita untuk menebus dosa-dosa kita’?” Ahmed mengajukan pertanyaan yang sama:

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Bukanlah Allah begitu besar sehingga dia mampu memberitahukan manusia apa keinginannya dan menghapuskan dosa mereka tanpa harus mengorbankan dan menyiksa ‘anak tersayang’nya???!

Seperti yang sudah kita lihat berulang-ulang, karena Allah begitu besar - dalam keadilan dan kesetiaan - sehingga Dia tidak dapat “menghapus” dosa manusia kecuali dosanya sudah dihakimi dan dihukum.

Ingat ilustrasi yang ada di bab tiga belas tentang seorang hakim yang ingin memberikan pengampunan tanpa menjunjung keadilan. Tindakannya menyebabkan pengunjung sidang marah dan tidak suka.

Allah tidak seperti hakim yang aneh itu. Tidak ada setitik kesalahan pun yang ditemukan dalam karakter atau reputasi-Nya. Dia tidak pernah memberikan pengampunan sebagai pengganti keadilan. Karena itulah, dengan kasih-Nya yang besar Dia mengirimkan Anak-Nya dari surga ke dunia untuk dipaku di kayu salib dan disanalah terlihat gabungan kasih setia dan kebenaran Allah yang sempurna.

Kasih setia dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.” (Mazmur 85:11-12)

Karena Yesus memikul amarah Allah kepada kita, Allah dapat “melihat ke bawah dari surga” dan memberi kita hadiah pengampunan, kesempurnaan, dan kehidupan kekal. Dengan mengambil alih tempat kita, Tuhan Yesus menunjukkan keadilan, kasih setia,dan anugerah Allah. Seperti yang sudah kita pelajari:

Keadilanmenerima apa yang layak kita terima.

Kasih setia tidak menerima apa yang layak kita terima.

Anugerah menerima yang tidak layak kita terima.

Semua orang yang percaya kepada Kristus menerima apa yang tidak layak diterima siapapun: dihapuskan dosanya, kebenaran Kristus, tempat dalam keluarga Allah, dan kehidupan kekal. Semua orang yang menolak atau mengabaikan Kristus akan mendapatkan apa yang layak diterima semua orang: hukuman kekal.

Tujuh abad sebelum kedatangan Kristus, nabi Mikha menulis: “Mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel” (Mikha 4:14). Pikirkan! Hakim alam semesta menjadi manusia yang memiliki daging untuk dibunuh oleh pendosa yang tidak bersyukur padahal Dia datang untuk menolong mereka!

Tidak ada yang dapat melebihi keadilan, kasih setia, dan anugerah seperti itu.

Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:6-8)

BENAR DAN MEMBENARKAN

Dalam tahap pertama rencana-Nya Allah membuka cara pengampunan bagi pendosa tanpa merendahkan standard kesempurnaan-Nya. Dia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” (Roma 3:26)

Allah Benar karena Dia sudah menghukum dosa.

Allah Membenarkan semua orang yang percaya kepada Juruselamat yang dikirim-Nya.

Ketika saya berhenti bergantung pada usaha saya sendiri dan memindahkan kepercayaan saya kepada Kristus dan percaya pada kematian dan kebangkitan-Nya bagi saya, Hakim Yang Adil akan memberi cap pada buku catatan kejahatan saya:  

D I B E N A R K A N !

Dibenarkan berarti dinyatakan benar oleh pengadilan Allah. Dia membersihkan catatan saya dan menyatakan saya benar.

Bagaimana Dia bisa melakukan itu?

Dia bisa karena Dia membayar hukuman dosa di kayu salib.

Ketika Adam berdosa, Allah menyatakan seluruh umat manusia tidak benar. Tapi sejak Yesus mati dan bangkit kembali, Allah menyatakan semua orang yang percaya kepada-Nya adalah benar.

“Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. (Roma 5:19).

Walaupun dosa Adam menghasilkan pencemaran dan kematian, kematian dan kebangkitan Kristus menyediakan pembersihan dan kehidupan.

“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.” (1 Korintus 15:22)

Ketika Hakim Yang Adil melihat ke bawah dari surga, apakah Dia melihatmu dalam persekutuan dengan Adam dan kesalahannya yang cemar? Atau Allah melihatmu dalam persekutuan dengan Kristus dan kebenaran-Nya yang suci?

Dalam pengadilan surga tidak ada pilihan ketiga.

MASALAH GANDA MANUSIA

Seperti yang diungkapkan dalam Kitab Kejadian pasal tiga ketika Adam dan Hawa tidak mematuhi Pencipta mereka, hal tersebut menghasilkan dilema ganda, dosa dan aib.

Dosa menyebabkan mereka bersembunyi.

Rasa malu menyebabkan mereka menutupi ketelanjangan mereka.

Dengan keadilan-Nya Allah menolak daun ara yang mereka buat sendiri sebagai penutup, tapi dengan kasih setia-Nya Allah mengenakan mereka pakaian dari kulit binatang yang dikorbankan. Darah binatang melambangkan persyaratan penghapusan dosa dan kulit binatang melambangkan persyaratan untuk menutupi rasa malu.

Kita mewarisi dosa dan rasa malu. Di hadapan Allah kita adalah pendosa yang cemar dan telanjang secara spiritual. Kita tidak pantas berdiam dalam hadirat-Nya. Kita membutuhkan pengampunan-Nya dan kesempurnaan-Nya.

Masalah ganda kita dapat disimpulkan dalam dua pertanyaan berikut:

1. Bagaimana kita bisa dibersihkandari dosa yang memisahkan kita dari Pencipta kita?

2. Bagaimana kita bisa dijadikan sempurna sehingga kita bisa hidup bersama-Nya selamanya?

JALAN KELUAR GANDA ALLAH

Hanya Allah yang mempunyai jalan keluar bagi manusia yang dicemari dosa dan kurang benar. Ketika Yesus, Anak Allah yang tak berdosa, mencurahkan darah-Nya di kayu salib, Dia mengambil alih hukuman kita dan ketika Dia mengalahkan kematian, Dia menawarkan kebenaran-Nya kepada kita.

“Kita juga akan diterima sebagai orang yang sudah menyenangkan hati Allah, karena kita percaya kepada Allah yang menghidupkan Yesus, Tuhan kita, dari kematian. Yesus itu sudah diserahkan untuk dibunuh karena dosa-dosa kita; lalu ia dihidupkan kembali oleh Allah untuk memungkinkan kita berbaik kembali dengan Allah.” (Roma 4:24-25 BIS)

“Orang yang sudah bersatu dengan Kristus, menjadi manusia baru sama sekali. Yang lama sudah tidak ada lagi - semuanya sudah menjadi baru

... Melalui Kristus Allah membuat kita berbaik kembali dengan dia ... Kristus tidak berdosa, tetapi Allah membuat dia menanggung dosa kita, supaya kita berbaik kembali dengan Allah karena bersatu dengan Kristus.” (2 Korintus 5:17-18, 21 BIS)

Ketika kamu tidak lagi percaya pada diri sendiri dan agamamu serta menyerahkan harapanmu dalam Kristus dan darah-Nya yang tercurah bagimu:

1) Dia akan membersihkanmu dari pencemaran dosa, dan

2) Dia akan menutupmu dengan kebenaran-Nya yang sempurna.

Allah tidak menawarkan jalan keluar lain.

RENCANA PERTUKARAN ALLAH

Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus Kristus mengambil dosa kita dan memberi kita kebenaran-Nya. Ini adalah rencana pertukaran Allah yang agung: Dosa saya ditukar dengan kebenaran-Nya.

Mengapa ada yang mau menolak penawaran yang luar biasa ini?

Kenyataannya adalah kebanyakan orang memilih untuk menolak persyaratan Allah. Tapi tawaran-Nya tetap berlaku: Semua orang yang menerima hadiah keselamatan dari Allah akan dinyatakan benar. Semua orang yang menolaknya akan membayar dosanya sendiri bukan di api penyucian sementara bayangan manusia tapi di neraka abadi yang dipersiapkan untuk iblis dan setan-setannya.

Banyak orang beragama bersikeras, “Setiap orang harus membayar dosanya sendiri.” Semua orang yang menolak hadiah pengampunan dan kebenaran dari Allah sepertinya akan melakukan itu. Tapi hutang dosa mereka tidak akan pernah terlunaskan karena hutang dosa adalah hutang abadi. Selain itu pendosa yang hilang akan selamanya dalam kekekalan membayar dosa mereka di lautan api, mereka tidak akan pernah memperoleh kebenaran yang disyaratkan untuk bisa hidup di surga. Hanya Allah yang bisa memberikan pengampunan dan kebenaran kepada pendosa tak berdaya untuk bisa hidup dengan-Nya.

Tujuh ratus tahun sebelum kedatangan Juruselamat, nabi Yesaya menulis tentang rencana pertukaran Allah yang agung:

“Kami sekalian seperti seorang najis,

dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;.

Kita sekalian sesat seperti domba,

Masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,

Tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku,

Sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku

Dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran. (Yesaya 64:6; 53:6; 61:10)

Apakah kamu masih najis di hadapan Allah? Atau apakah kamu sudah dibersihkan oleh darah Kristus?

Apakah kamu masih mengenakan kain kotor atas kesalehanmu? Atau apakah kamu sudah mengenakan jubah suci kebenaran Kristus?

“Siapa yang percaya kepada berita yang kami dengar?” (Yesaya 53:1)

Sudahkah kamu percaya pada berita Allah? Sudahkah kamu meninggalkan pilihan lain untuk memperoleh kebenaran-Nya?

“SUPAYA KALIAN TAHU”

Firman Tuhan berkata: “Saya menulis kepada kalian yang percaya kepada Anak Allah, supaya kalian tahu bahwa kalian sudah mempunyai hidup sejati dan kekal.” (1 Yohanes 5:13)

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah bicara dengan seorang wanita yang sangat beragama tentang hadiah kehidupan kekal dari Allah. Walaupun dia menyebut dirinya Kristen, dia tidak pernah percaya akan penyediaan keselamatan dari Allah dalam Kristus.

Ketika saya memberitahunya, “Saya tahu saya akan pergi ke surga ketika saya mati nanti,” dia menjawab dengan marah, “Oh, kamu pikir kamu begitu baik sehingga kamu bisa langsung masuk surga, ya?”

“Tidak,” jawab saya, “bukan karena saya ‘begitu baik’. Tapi karena Allah begitu baik. Dialah yang telah memberi tahu kita bahwa kita bisa tahu bahwa [kita] mempunyai kehidupan kekal’ jika kita percaya kepada-Nya dan apa yang sudah dilakukan-Nya bagi kita.”

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23)

BAGAIMANA ALI MENJADI TAHU

Dalam bab pertama buku ini saya menyebut Ali, yang ditolak oleh keluarganya karena dia percaya pada pesan Allah.

Seperti Bruno, Ali juga berumur 26 tahun ketika saya pertama kali bertemu dengannya. Tapi tidak seperti Bruno yang sedang mencari kepuasan, Ali dengan taat melaksanakan kewajiban agamanya - menghafal doa-doa harian dengan cara tertentu, melakukan puasa tahunan yang berlangsung satu bulan, dan berusaha memperlakukan orang lain dengan baik. Tapi dia kurang merasakan kedamaian dalam hatinya.

Biasanya Ali berbaring dengan mata terbuka di waktu malam sambil berpikir, “Saya sudah melakukan kewajiban agama saya - mengapa saya sangat takut pada kekekalan? Oh Allah, apakah ada cara supaya saya tahu kemana saya akan pergi setelah mati nanti?”

Ali menanyakan hal ini kepada ayahnya dan para pemimpin agama setempat, “Bagaimana saya yakin Allah akan memperbolehkan saya masuk Taman Firdaus?” Semua orang memberikan jawaban yang sama: “Kamu tidak akan tahu. Tidak ada yang tahu takdirnya. Hanya Allah yang tahu.”

Jawaban mereka tidak memuaskan Ali.

Di rumah dan sekolah Ali belajar dari Al-Qur’an bahwa Yesus, anak Maria, adalah seorang nabi yang benar yang lahir dari seorang perawan. Dia juga belajar bahwa Yesus bisa melakukan keajaiban agung yang lahir dengan gelar Mesias, Firman Allah,dan Jiwa Allah. “Mungkin Nabi Yesus dapat memberikan jawaban yang saya cari-cari,” pikirnya.

Ali memutuskan untuk menemukan buku tentang Yesus. Beberapa minggu kemudian, kami bertemu. Saya memberinya Kitab Suci yang mulai dipelajarinya dengan minat besar. Inilah yang Ali temukan setelah mempelajari Kitab Suci selama hampir satu tahun, dalam kata-katanya sendiri:

"Saya belajar bahwa semua nabi menunjuk Yesus. Saya membaca bahwa Yesus sendiri berkata:“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku ... Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum; sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yohanes 14:6; 5:24)

Ayat ini dan ayat-ayat lain menolong saya untuk mengerti dan menerima Yesus sebagaimana diri-Nya: Sang Tunggal dan Juruselamat satu-satunya yang mencurahkan darah-Nya dan bangkit dari kematian untuk memberikan keselamatan pasti. Saya menyerahkan kepercayaan saya kepada-Nya dan pada kenyataan bahwa Dia sudah menderita dan mati bagi dosa-dosa saya menggantikan saya.

Ketika saya percaya, seketika itu juga saya merasakan kedamaian dalam hati yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Sungguh suatu perubahan yang berarti! Saya tidak lagi kuatir akan takdir kekekalan saya karena saya tahu Tuhan sudah membayar lunas hukuman dosa yang mengutuk saya. Sekarang saya tahu saya akan pergi ke surga - bukan karena saya baik tapi karena anugerah Allah yang disediakan dalam Kristus Yesus. Sekarang saya mau menyenangkan Allah dalam segala hal - bukan untuk memperoleh keselamatan saya tapi karena Allah sudah menyelamatkan saya dan mengubah hati saya."

Bagi Ali kutukan dosa telah dibalikkan. Sekarang dia, istrinya, dan anak-anak laki-lakinya tidak hanya tahu kemana mereka akan pergi setelah mereka mati nanti, mereka juga tahu mengapa mereka ada di dunia: untuk mengenal, mengasihi, dan melayani Pencipta dan Penebus mereka serta membantu orang lain untuk mengenal-Nya juga.

KEMATIAN: PELAYAN ORANG PERCAYA

Ketika Mesias datang untuk pertama kalinya ke dunia, Dia menggenapi bagian pertama dari rencana tiga tahap Allah untuk membalikkan kutukan dosa. Melalui kehidupan, kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya, Yesus merobohkan tembok dosa dan kematian yang sepertinya tidak dapat ditembus. Pencuri yang disalibkan, para kanibal, Emma, Saulus, Ali, Bruno, dan semua orang yang dengan sungguh percaya pada pesan Allah adalah penerima keuntungan itu.

Bagi orang yang percaya kepada Kristus, Kematian - tiran yang kejam - ditugaskan untuk menjadi pelayan rendah yang bertugas untuk membuka pintu surga atas perintah Allah. Kitab Suci berkata: Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya." 5(Mazmur 116:15)

Siapa yang akan pernah menyangka bahwa kata “kematian” bisa digambarkan dengan kata “berharga”? Syukur kepada Allah karena itu - bagi semua orang yang percaya.

Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? ... Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:55, 57)

Kutukan dosa masa lalu telah dibalikkan.


1. Setiap bagian dalam Kitab Suci sedikit banyak berhubungan dengan salah satu dari ketiga tema di bawah ini:

I. Apa yang sudah Allah lakukan

II. Apa yang sedang Allah lakukan

III. Apa yang akan Allah lakukan

Dalam istilah teologi ketiga tema Kitab Suci itu dikelompokkan sebagai:

1) Pembenaran = Ketika kamu percaya pada kitab Injil, Allah akan menyatakan kedudukanmu sangat benar (Roma 3–5).

2) Pengudusan = Sebagai orang yang percaya, Allah bekerja dalam hidupmu untuk membantumu melakukan perbuatan yang benar (Roma 6–8 dan 12–15).

3) Pemuliaan = Di surga kamu akan benar dengan sempurna baik dalam kedudukan maupun perbuatan (Wahyu 21–22).

 

2. Richardson, Don. Lords of the Earth. Oxnard, CA: Regal Books; 1977, hal. 354. (Untuk cerita klasik tentang perubahan hidup suku kanibal oleh Don Richardson, baca: Peace Child. Oxnard, CA: Regal Books, 1975.)

3. Kisah Para Rasul 26:9-11; 7:58-60; 8:1-3; 9:1-2

4. Kisah Para Rasul 9:1-31; juga Kisah Para Rasul, bab 11; 13-14; 16-28. Dalam Kisah Para Rasul, pasal 22 dan 26, Paulus menceritakan kisah perubahan imannya. Lihat juga Galatia 1:13,23; Filipi 3:6; 1 Korintus 15:9; dan lain-lain.

5. Istilah “orang suci” dalam Kitab Suci adalah seseorang yang disucikan bagi Allah; seseorang yang sudah dinyatakan suci oleh Allah karena kepercayaan-Nya pada jalan pengampunan dan kebenaran-Nya. Tradisi buatan manusia yang “menyatakan orang yang sudah meninggal suci” dan kemudian dijadikan “orang suci” benar-benar bertolak belakang dengan apa yang sudah diajarkan Kitab Suci (lihat Ulangan 33:2-3; Mazmur 30:4; Amsal 2:8; Daniel 7:21-27; Matius 27:52; Kisah Para Rasul 26:10; Efesus 1:1, 2:19, dan lain-lain.)